Kamis, 28 Februari 2008

WETUNA IKO SAMARA WISATA ALAM SASITAMEAN

Gab di sumber air terjun Wetuna Iko Samar
Salah satu tempat wisata alam di Kecamatan Sasitamean adalah Wetuna Iko Samara; tepatnyadi desa Tunmat, 60 KM arah barat Sasitamean. Tempat yang masih perawan ini menyimpan berbagai daya pesona dan keajaiban.
1. Sumber mata air terjun.
Lokasi ini terdiri dari hamparan hutan alamseluas kira-kira 20M2 . Kaya akan binatang liar seperti musang,kera babi hutan dan rusa.selain itu ada juga jenis binatang air seperti udang, ikan dan belut. Memang ajaib. Seperti disaksikan Berkat belum lama ini. Pada saat ketua-ketua suku gelarkan secara adatnya belut, ikan dan udang berdatangan ke pinggir kolam.terkesan seakan-akan sedang menyambut rombongan pesiarah yang dating.
Menurut tradisi penduduk Manlea- Bani bani, lokasi khusus ini tidak boleh didatangi kaum wanita. Mereka mengakui bahwa bila kaum hawa mengunjungi tempat ini, penduduk setempat akan mengalami musibah.
Keyakinan ini bersinggungan dengan manusia pertama jauth dalam dosa.dimana wanita ditampilkan sebagai makluk lemah yang dapat merusak relasi harmonis antara Tuhan manusia dan alam.
2. Air terjun bertingkat dan gua
Ada tingkatan air terjun, dengan ukuran tidak kurang dari 15 m . pada setiap tingkat ada kolam yang mempunyai day pesona alam,jauh lebih menyenangkan daripada kolam renang buatan tangan manusia.
Adapun gua disamping terjunan tingkat ketiga.bumbungandan tumpahan zat kapur lekukannya berwarna-warni.pada dinding bagian depan ,samping kiri dan kanan meneteslah titik-titik air yang menambah dan mempercantik panorama alam.
3. Lumbung batu
Dari arah timur gua kira-kira 100m, ada sebuah lumbung yang dibuat dati batu, sebagai tempat sesajian. Letaknya di puncak gunung. Orang Manlea-Bani Bani menyebutnya “ Fatnai naimnuka, Nahenaek oenun Benanaek oenun ”. Arti konotasi nama ini, menunjukan adanya kesatuan kultur antara orang Manlea – Tunabesi dan orang Belu Selatan.
Bila orang berkunjung ke sana harus berbadan telanjang atau paling tidak mengenakan kain adat tanpa baju. Pada posisi ini tersirat sebuah makna terdalam dari hakekat manusia yaitu pengosonan diri. Bahwa manusia dilahirkan tanpa dosa,ia putih seperti papan lillin. Hukum emperisme ( Teori Tabularasa ). Dapat disimpulkan bahwa hakekat dari sikap ini adalah “terbinanya kesatuan dan keutuhan antara tanah, air, hutan dan manusia dalam upaya pelestarian hidup ”.
Bila ingin menyatu dengan alam dan menikmati buah-buahnya, maka orang harus meninggalkan budaya manusia modern dan kemali ke kondisi awal kehidupannya.
Hal senada diungkapkan juga oleh ketua Suku Biseuk, Rafael Muti bahwa manusia sangat sederhana; tidak lebih dari sesuatu yang terbuang. Hanya keyakinan kita akan gejuala alam, maka hidup kita tertuju pada sang pencipta.
Ia juga mengaku bahwa lumbung batu itu dikerjakan oleh tiga suku yaitu Suku Umsain Fantoni, suku Kapitan Amferus dan suku Bibonrua pada ratusan tahun yang lalu.
Mengenai objek wisata ini kadea Tunmat Petrus Olin mengatakan bahwa kita sedang berupaya buat pendekatan dengan dinas pariwisata, agar lokasi ini dipromosikan ke tingkat nasional, supaya menjadi sumber pendapatan asli daerah. Masyarakatpun perlu diperdaya agar suatu kelak dapat memnuhi kebutuhan para pengunjung.
Jenis pemberdayaan yang sedang kita galakan adalah kerajinan tangan tenun dengan motif asli dan peningkatan hasil-hasil pertanian seperti pisang, mangga, nenas dan lain sebagainya.
Adapun yang diharapkan dari pemberdayaan ini adalah agar setelah pengunjung menikmati keindahan alam, boleh pulang dengan membawa tanda mata atau kenang-kenangan.
Jika pembaca ingin menikmati keindahan alam ini datanglah ke kecamatan sasitamean, desa Tunmat.

As Manulea 2002

Gaby.R

Tidak ada komentar: