Kamis, 28 Februari 2008

MASF KAPUTU DALAM PERJALANAN

MASF sekilas pandang

Kongregasi Misi dan Adorasi dari Santa Familia (MASF) di dirikan oleh seorang romo berkebangsaan Jerman, Antonius Maria Trampe,MASF di desa Baarlo-Belanda pada tanggal 26 juni 1937.

Ceritanya begini.Dalam masa jabatan sebagai general MASF, Antonio mengunjungi Kalimantan Timur.Dalam kunjungan itu beliau menemukan banyak persoalan yang sangat memprihatinkan khususnya pelayanan pastoral terhadap keluarga-kelurga

Menanggapi persoalan itu maka Pater Antonius meminta agar ada suster-suster yang membantu membina keluarga-keluarga kristiani lewat bidang kerasulan,kesehatan,dan pendidikan di Kalimantan Timur maka pada tanggal 7 pebruari 1948 berhasil mendirikan kongregasi MASF dengan mengambil tempat di Samarinda Kalimantan Timur setelah mendapat persetujuan dari Roma.
Dalam perkembangan selajutnya Ordo ini membuka sayap dan tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.salah satunya adalah paroki St.Yohanes Pemandi Kaputu keuskupan Atambua.

Orientasi MASF di Kaputu.

Suster-suster Misi dan Adorasi dari Santa.Familia ini telah berada di Kaputu dan semakin dikenal oleh warga masyarakat Sasitamean dan sekitarnya.
Kini sudah mencapai usia empat tahun dalam menjalankan Misi di kaputu.Empat tahun di mata manusia,mungkin di pandang belum apa-apa tetapi menurut penulis paling tidak para pengagum keluarga kudus Nasaret ini, telah ikut mengambil bagian dalam pastoral,kesehatan,pendidikan dan social di paroki St .Yohanes Pemandi Kaputu dan sekitarnya.
Nuansa baru yang nampak dari pelayanan mereka adalah terciptanya suasana kekeluargaan sejati dalam semangat Roh kristus yang hidup.Pola hidup yang demikian menggugah semua orang,terutama umat kaputu supaya hidup dalam suasana kekeluargaan yang sesungguhnya.
Seperti di kemukakan oleh Sr.Rosa MASF belum lama ini,bahwa umumnya umat di kaputu sangat ideal.Banyak hal yang dapat di kembangkan MASF di paroki baru ini.Apalagi di tengah umat yang mengalami pergeseran nilai-nilai budaya dari yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.ini butuh pendampingan serius dan continue.
Menurut dia, MASF sesungguhnya mengambil pola hidup gereja perdana sebagai model untuk beradaptasi dengan umat dan berpastoral.Sebab pola hidup jemaat yang di tujukan para rasul itu sungguh relefan dengan umat jaman selkarang.”Mereka sehati dan berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah,mereka makan bersama dan bergembira dengan tulus hati memuji Allah”.
Senada dengan itu,pemimpin rumah biara MASF Kaputu Sr.Hendrita menuturkan bahwa pelayanan para suster terutama diamanatkan kepada orang-orang kecil bukanya sekedar mengejar prestasi atau popularitas.
Begitu di pancing komenternya tetang umat Kaputu,suster kelahiran desa Heesch Belanda ini mengelak berkomentar.Namun secara singkat dia katakan agama sebaiknya sedikit di bicarakan dan banyak di praktekkan

Bercermin
Melebarnya arus globalisasi dan sekularisasi tanpa terasa turut menghadang laju perutusan karya pewartaan. Bercermin diri pada pribadi Yesus kr istus adalah satu keharusan.Hal ini telah di teladankan oleh pendiri kongregasi sendiri Antonio Maria Trampe.Dan teladan itu menjadi inspirasi para suster dalam bidang kesehatan,pendidikan,pastoral dan social kemasyarakatan.
Mencari dan menemukan yang kecil dan miskin,mengarahkan mereka kepada kristus merupakan salah satu ciri khasnya.Dasarnya bahwa Yesus,Maria dan Yosef adalah keluarga sederhana yang hidup dalam keluarga Nazaret.
Krakter itu,para suster MASF di kaputu konkretkan dalam tekun berdoa,kerja dan meniti panggilan.Dengan itu karya misi mereka dapat berahasil meskipun di daerah sulit.
Motto yang selalu menjadi keyakinan,kata Sr.Hendrita”kemana saja di utus,Tuhan sudah lebih dahulu berada di tempat itu”. Seperti di kaputu meskipun di sanasini masih ada kesulitan praktis,tetapi semuanya dapat diatasi berkat ketekunan.”Ingat pesan St.Antonius:Allah menciptakan Anda tanpa anda,tapi Allah menebus anda tidak tanpa anda”.

MASF di hati umat

Pastor paroki Kaputu merangkap Kotafoun, Rm. Gerardus Salu Pr kepada Berkat di Emaus ( 28/ 5) menyatakan kehadiran suster – suster MASF di Kaputu sesunggunya telah membantu dalam banyak urusan. Karena itu mereka boleh dibilang selalu ada dihati umat.
Sebut saja, kata Rm, Dus, begitu akrab disapa, suster Imelda giat dalam Pastoral kaum mudah, Sr.Rosa tagani asrama dan pelajar serta aksi – aksi panggilan dan Sr,. Hendrita begitu menyatuh dengan pelayanan kesehatan dan persaudaraan ibu- ibu.
Selain itu para suster juga terlibat menangani bidang pendidikan terutama di TKSdan SLTPK Kaputu. Bahkan banyak kali ikut dalam patroli lingkungan yang membrikan kontribusi tidak sedikit kepada umat. Dengan demikian pelayanan mereka bukan hanyatertuj kepada aspek tertentu melainkan menyangkut segala aspek kebutuhan umat.
‘’ Pelayanan mereka itu menyeluruh. Hampir saja segala aspek kebutuhan umat mereka sentuh. Maka boleh dibilang betul-betul umat merasa terbantu dengan kehadiran para suster itu” tandas pastor yang juga ketua seksi musik Liturgi Keuskupan Atambua ini.

Kata akhir

Kongregasi MASF berada di Kaputu sekitar bulan Mei 2000. Kasanah peradaban ordo ini sungguh menampilkan pribadi pendirinya. Suster-suster MASF tampil dikaputu sebagai pendoa, pekerja ulet dan pemehati kaum kecil. Prinsipnya mendidik dengan hati yang bening jauh bermakna. Sebab didaerah misi tertentu di benua lain tampak bahwa karakter para pemimpin teretntu mirip srigala berwajah domba. Efek dari ajaranya tidak menyentuh hati. Lain perkataan lain perbuatan.
Suster-suster Misi dan Adorasi Santa Familia yakin bahwa Yesus memihak pada yang kecil dan lemah. Maka tidak berlabihan kalau Ziarah perjalanan panggilan seluiruh pengikutnya diarahkan juga bagi kaum yang satu itu.
Kata orang bijak : Manusia bertujuan untuk memahami nilai-nilai spiritual. Barang siapa berminat pada MASF silahkan hubungi biara NASF Kaputu, paroki St. Yohanes pemandi. “ Ingat, teman-teman anda sekitar 40-an orang sudah mencalonkan diri dengan mengikuti rekoleksi panggilan”. SEMOGA. ***

Kaputu,2004
Gaby Riu .


WETUNA IKO SAMARA WISATA ALAM SASITAMEAN

Gab di sumber air terjun Wetuna Iko Samar
Salah satu tempat wisata alam di Kecamatan Sasitamean adalah Wetuna Iko Samara; tepatnyadi desa Tunmat, 60 KM arah barat Sasitamean. Tempat yang masih perawan ini menyimpan berbagai daya pesona dan keajaiban.
1. Sumber mata air terjun.
Lokasi ini terdiri dari hamparan hutan alamseluas kira-kira 20M2 . Kaya akan binatang liar seperti musang,kera babi hutan dan rusa.selain itu ada juga jenis binatang air seperti udang, ikan dan belut. Memang ajaib. Seperti disaksikan Berkat belum lama ini. Pada saat ketua-ketua suku gelarkan secara adatnya belut, ikan dan udang berdatangan ke pinggir kolam.terkesan seakan-akan sedang menyambut rombongan pesiarah yang dating.
Menurut tradisi penduduk Manlea- Bani bani, lokasi khusus ini tidak boleh didatangi kaum wanita. Mereka mengakui bahwa bila kaum hawa mengunjungi tempat ini, penduduk setempat akan mengalami musibah.
Keyakinan ini bersinggungan dengan manusia pertama jauth dalam dosa.dimana wanita ditampilkan sebagai makluk lemah yang dapat merusak relasi harmonis antara Tuhan manusia dan alam.
2. Air terjun bertingkat dan gua
Ada tingkatan air terjun, dengan ukuran tidak kurang dari 15 m . pada setiap tingkat ada kolam yang mempunyai day pesona alam,jauh lebih menyenangkan daripada kolam renang buatan tangan manusia.
Adapun gua disamping terjunan tingkat ketiga.bumbungandan tumpahan zat kapur lekukannya berwarna-warni.pada dinding bagian depan ,samping kiri dan kanan meneteslah titik-titik air yang menambah dan mempercantik panorama alam.
3. Lumbung batu
Dari arah timur gua kira-kira 100m, ada sebuah lumbung yang dibuat dati batu, sebagai tempat sesajian. Letaknya di puncak gunung. Orang Manlea-Bani Bani menyebutnya “ Fatnai naimnuka, Nahenaek oenun Benanaek oenun ”. Arti konotasi nama ini, menunjukan adanya kesatuan kultur antara orang Manlea – Tunabesi dan orang Belu Selatan.
Bila orang berkunjung ke sana harus berbadan telanjang atau paling tidak mengenakan kain adat tanpa baju. Pada posisi ini tersirat sebuah makna terdalam dari hakekat manusia yaitu pengosonan diri. Bahwa manusia dilahirkan tanpa dosa,ia putih seperti papan lillin. Hukum emperisme ( Teori Tabularasa ). Dapat disimpulkan bahwa hakekat dari sikap ini adalah “terbinanya kesatuan dan keutuhan antara tanah, air, hutan dan manusia dalam upaya pelestarian hidup ”.
Bila ingin menyatu dengan alam dan menikmati buah-buahnya, maka orang harus meninggalkan budaya manusia modern dan kemali ke kondisi awal kehidupannya.
Hal senada diungkapkan juga oleh ketua Suku Biseuk, Rafael Muti bahwa manusia sangat sederhana; tidak lebih dari sesuatu yang terbuang. Hanya keyakinan kita akan gejuala alam, maka hidup kita tertuju pada sang pencipta.
Ia juga mengaku bahwa lumbung batu itu dikerjakan oleh tiga suku yaitu Suku Umsain Fantoni, suku Kapitan Amferus dan suku Bibonrua pada ratusan tahun yang lalu.
Mengenai objek wisata ini kadea Tunmat Petrus Olin mengatakan bahwa kita sedang berupaya buat pendekatan dengan dinas pariwisata, agar lokasi ini dipromosikan ke tingkat nasional, supaya menjadi sumber pendapatan asli daerah. Masyarakatpun perlu diperdaya agar suatu kelak dapat memnuhi kebutuhan para pengunjung.
Jenis pemberdayaan yang sedang kita galakan adalah kerajinan tangan tenun dengan motif asli dan peningkatan hasil-hasil pertanian seperti pisang, mangga, nenas dan lain sebagainya.
Adapun yang diharapkan dari pemberdayaan ini adalah agar setelah pengunjung menikmati keindahan alam, boleh pulang dengan membawa tanda mata atau kenang-kenangan.
Jika pembaca ingin menikmati keindahan alam ini datanglah ke kecamatan sasitamean, desa Tunmat.

As Manulea 2002

Gaby.R